Teori Komunikasi berdasarkan akar psikologi :
1. Teori Behaviorisme
Dalam teori behaviorisme, ingin menganalisa
hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan.
Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh
perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku
organisme sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan
apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya
ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalian oleh faktor-faktor
lingkungan.
Analisis
Teori :
Dalam teori ini dapat dianalisa kalau seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan
perilakunya. Perubahan perilaku itu terjadi karena adanya stimulu dan respon. Dimana
stimulus merupakan apa yang diberikan seorang kepada orang lain, dan respon merupakan
reaksi atau tanggapan terhadap stimulus yang diberika.
Proses yang terjadi antara stimulus dan respon
sangat penting dalam terbentuknya perilaku. Misalnya ketika seorang Ibu
mengajarkan kepada anaknya yang masih balita tentang cara berpakaian yang
benar. Stimulus yang tiap hari diberikan oleh ibu kepada anaknya secara terus
menurus, maka akan membuat anak tersebut mengalami perubahan perilaku dan
akhirnya bisa mengehtahui bagaimana cara berpakaian yang benar. Atau misalnya
seorang remaja laki-laki berada pada lingkungan yang perokok maka dia pun akan
terpengaruh untuk merokok.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran
behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan
ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat (misalnya
pada ibu dan anak). Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative
reinforcement) maka respon juga semakin kuat (seorang remaja laki-laki).
2. Teori Kognitif
Teori
Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup
tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan
psikolog perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan,
yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan
dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada
kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang
bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan,
saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara
mental.
Analisis Teori
:
Menurut teori ini, belajar adalah
perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu
berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Asumsi dasar teori ini
adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya.
Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Menurut
teori ini proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru
beradaptasi secara klop dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh
siswa.
Aplikasi teori belajar kognitif
dalam pembelajaran. Misalnya seorang guru harus memahami bahwa siswa bukan
sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra sekolah
dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda konkret, keaktifan siswa
sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika
tertentu dari sederhana ke kompleks, guru menciptakan pembelajaran yang
bermakna, memperhatian perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan
siswa.
Teori Komunikasi berdasarkan Akar Sosiologi
:
1. Social
Categories Theory (Teori Katagori Sosial)
Teori Social Category (Melfin L.
DeFleur) yaitu Individu yang masuk dalam kategori sosial tertentu/sama akan
cenderung memiliki prilaku atau sikap yang kurang lebih sama terhadap
rangsangan-rangsangan tertentu. Pesan-pesan yang disampaikan media massa
cenderung ditanggapi sama oleh individu yang termasuk dalam kelompok sosial
tertentu. Penggolongan sosial ini berdasarkan usia, jenis kelamin, suku bangsa,
pendidikan, ekonomi, agama dsb. Dengan adanya penggolongan sosial ini muncullah
media massa yang sifatnya spesial atau khusus yang diperuntukan bagi kalangan
tertentu, dengan mengambil segmentasi/pangsa pasar tertentu.
Teori kategori sosial adalah teori
sosiologis yang berhubungan dengan kemajemukan masyarakat modern, di mana dinyatakan
bahwa masyarakat yang memiliki sifat-sifat tertentu yang sama akan membentuk
sikap yang sama dalam menghadapi rangsangan tertentu. Persamaan dalam orientasi
serta sikap akan berpengaruh pula terhadap tanggapan mereka dalam menerima
pesan komunikasi. masyarakat yang memiliki orientasi sama, lebih kurang akan
memilih isi komunikasi yang sama dan akan menanggapi isi komunikasi tersebut
dengan cara yang sama.
Analisis Teori
:
Analisis teori kategori sosial beranggapan
bahwa terdapat kategori sosial yang luas dalam masyarakat kota industri yang
kurang lebih memiliki prilaku sama terhadap rangsangan-rangsangan tertentu.
Kategori sosial tersebut di dasarkan pada usia, jenis kelamin, tingkat
penghasilan, tingkat pendidikan, tempat tinggal (desa atau kota) ataupun agama.
Misalnya dalam hubungan dengan komunikasi massa dapat di gambarkan bahwa
majalah mode jarang di beli oleh pria, sedangkan majalah olahraga jarang dibaca
oleh wanita. variabel-variabel seperti jenis kelamin, umur, pendidikan
tampaknya turut menentukan slektivitas seseorang terhadap media yang ada. Contoh
berikutnya misalnya majalah Bobo diperuntukan untuk anak-anak, majalah Bola
(Soccer) diperuntukan bagi mereka yang senang olahraga. Begitu juga di media
elektronik disajikan acara-acara tertentu yang memang diperuntukan bagi
kalangan tertentu dengan memprogramkannya sesuai dengan waktu dan segmen
khalayaknya.
2. Teori
Interaksi-Simbolis
Suatu premis fundamental dalam sosiologi adalah bahwa segala
makhluk merupakan makhluk sosial, sedangkan dasar kehidupan bersama dari
manusia adalah komunikasi, terutama lambang-lambang, sebagai kunci untuk
memahami kehidupan sosial manusia.
George Herbert Mead mangatakan ”Manusia mempunyai
kemampuan untuk berinteraksi dengan pihak-pihak lain, dengan perantaraan
lambang-lambang tertentu yang dipunyai bersama”. Mead menyatakan bahwa
lambang-lambang, terutama bahasa tidak hanya merupakan sarana untuk mengadakan
komunikasi antar pribadi, tetapi juga untuk berpikir.
Manusia mungkin saja berbicara dengan dirinya sendiri dan
menjawab pertanyaan-pertanyaannya sendiri. Dengan cara demikian seseorang
menyesuaikan perilakunya dengan perilaku pihak lain.
Tokoh-tokoh teori Interaksi-Simbolis adalah Manford H. Kuhn,
Herbert Blumer, Ralph H. Turner, Howard S. Becker, dan Norman K. Denzin.
Analisis Teori
:
Segala makhluk hidup baik itu manusia, hewan, dan tumbuhan,
adalah makhluk sosial. Yang membedakan adalah komunikasi. Manusia berkomunikasi
dengan simbol-simbol tertentu, baik itu huruf, musik, gambar, ataupun bahasa.
Dalam interaksi manusia sering menggunakan bahasa verbal
maupun non verbal. Dimana manusia di tuntut untuk bisa saling memahami dalam
berinterkasi. Misalnya ketika seseorang mengatakan “Iya” biasanya selalu
dibarengi dengan gerakan non verbal “menggerakan kepala keatas dan
kebawah”. Atau misalnya dalam kehidupan
kita selalu tidak lepas dari lambang-lambang yang ada disekitar kita.
Lambang-lambang biasanya menjelasakan identitas seseorang. Misalnya lambang
Garuda Pancasila yang merupakan indentitas atau simbol dari Negara Indonesia.
Teori Komunikasi berdasarkan Akar Antropologi
:
1. Culture
Theory (Teori budaya)
Gatewood
menjawab bahwa kebudayaan yang meliputi seluruh kemanusian itu sangat banyak,
dan hal tersebut meliputi seluruh periode waktu dan tempat. Artinya kalau
komunikasi itu merupakan bentuk, metode, teknik, proses sosial dari kehidupan
manusia yang membudaya, maka komunikasi adalah sarana bagi transmisi kebudayan,
oleh karena itu kebudayaan itu sendiri merupakan komunikasi. Berdasarkan
pendapat Gatewood itu kita akan berhadapan dengan pernyataan klasik tentang
hubungan antara komunikasi dengan kebudayaa, apakah komunikasi dalam kebudayaan
atau kebudayaan ada dalam komunikasi? ada satu jawaban netral yang disampaikan
oleh Smith (1976) bahwa; “komunikasi dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan”.
Dalam tema atau bagian uraian tentang kebudayaan dan komunikasi,
sekurangnya-kurangnya ada dua jawaban: pertama, dalam kebudayaan ada sistem dan
dinamika yang mengatur tata cara pertukaran simbol-simbol komunikasi, dan
kedua, hanya dengan komunikasi maka pertukaran simbol-simbol dapat dilakukan
dan kebuadayaan hanya akan eksis jika ada komunikasi (Alo Leliweri, 2004, 21).
Analisis Teori
Pada teori
budaya menjelaskan komunikasi dan budaya tidak dapat dipisahkan, karena dalam
budaya terdapat simbol-simbol yang dan makna, dari simbol dan makna itu
memiliki arti sehingga bisa dapat diartikan sebagai sebuah komunikasi.
Budaya itu
tercipta kerana adanya satu persepsi atau tujuan yang telah disepakati oleh
sekelompok orang. Dari budaya tersebut orang bisa memperlihatkan identitas
dirinya dengan cara berpakaian, bahasa, atau kebiasaan-kebiasaan yang sering
dilakukan.
Misalnya
budaya orang jepang saat bertemu dengan orang lain mereka selalu membukuk atau
memberi hormat, sedangkan budaya orang Indonesia ketika seorang anak hendak
berpergian atau pulang sekolah selalu salam atau mencium tangan kedua
orangtuanya atau orang yang dituakan.
2. Cultural Imperialism Theory (Teori Imperialisme Budaya)
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Herb Schiller pada tahun 1973. Tulisan pertama Schiller yang dijadikan dasar bagi munculnya teori ini adalah Communication and Cultural Domination. Teori imperialisme budaya menyatakan bahwa negara Barat mendominasi media di seluruh dunia ini. Ini berarti pula, media massa negara Barat juga mendominasi media massa di dunia ketiga. Alasannya, media Barat mempunyai efek yang kuat untuk mempengaruhi media dunia ketiga. Media Barat sangat mengesankan bagi media di dunia ketiga. Sehingga mereka ingin meniru budaya yang muncul lewat media tersebut.
Analisis Teori
Teori ini yang
dijelaskan tentang masalah imperialisme budaya yang di sampaikan melalui media
massa, dari Negara maju yang diadopsi oleh Negara-negara berkembang yang
menyebabkan hilangnya budaya asli Negara tersebut. Satu hal yang mendasari
teori ini adalah bahwa manusia tidak punya kebebasan untuk menentukan bagaimana
mereka berpikir, apa yang mereka rasakan dan bagaimana mereka hidup. Umumnya
mereka mereaksi terhadap apa saja yang mereka lihat di televise. Media bisa
mengimperialisme budaya Negara maju ke Negara-negara berkembang karena sangat
mengesankan sehingga mereka ingin menirunya.
Sebagai
contoh; pada umumnya remaja masa kini di Indonesia telah mengadopsi budaya
barat yakni kebiasaan memakan makanan siap saji, gaya hidup hidonis, dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar