Selasa, 11 Desember 2012

Teori Komunikasi berdasarkan Akar Psikologi, Sosiologi, Dan Antropologi


Teori Komunikasi berdasarkan akar psikologi :

1. Teori Behaviorisme
Dalam teori behaviorisme, ingin menganalisa hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalian oleh faktor-faktor lingkungan.
Analisis Teori :
Dalam teori ini dapat dianalisa kalau seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Perubahan perilaku itu terjadi karena adanya stimulu dan respon. Dimana stimulus merupakan apa yang diberikan seorang kepada orang lain, dan respon merupakan reaksi atau tanggapan terhadap stimulus yang diberika.
Proses yang terjadi antara stimulus dan respon sangat penting dalam terbentuknya perilaku. Misalnya ketika seorang Ibu mengajarkan kepada anaknya yang masih balita tentang cara berpakaian yang benar. Stimulus yang tiap hari diberikan oleh ibu kepada anaknya secara terus menurus, maka akan membuat anak tersebut mengalami perubahan perilaku dan akhirnya bisa mengehtahui bagaimana cara berpakaian yang benar. Atau misalnya seorang remaja laki-laki berada pada lingkungan yang perokok maka dia pun akan terpengaruh untuk merokok.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat (misalnya pada ibu dan anak). Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat (seorang remaja laki-laki).

2. Teori Kognitif
Teori Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikolog perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemataskema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental.
Analisis Teori :
Menurut teori ini, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Asumsi dasar teori ini adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Menurut teori ini proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi secara klop dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa.
Aplikasi teori belajar kognitif dalam pembelajaran. Misalnya seorang guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana ke kompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatian perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.
 

Teori Komunikasi berdasarkan Akar Sosiologi :

1.    Social Categories Theory (Teori Katagori Sosial)

Teori Social Category (Melfin L. DeFleur) yaitu Individu yang masuk dalam kategori sosial tertentu/sama akan cenderung memiliki prilaku atau sikap yang kurang lebih sama terhadap rangsangan-rangsangan tertentu. Pesan-pesan yang disampaikan media massa cenderung ditanggapi sama oleh individu yang termasuk dalam kelompok sosial tertentu. Penggolongan sosial ini berdasarkan usia, jenis kelamin, suku bangsa, pendidikan, ekonomi, agama dsb. Dengan adanya penggolongan sosial ini muncullah media massa yang sifatnya spesial atau khusus yang diperuntukan bagi kalangan tertentu, dengan mengambil segmentasi/pangsa pasar tertentu.
Teori kategori sosial adalah teori sosiologis yang berhubungan dengan kemajemukan masyarakat modern, di mana dinyatakan bahwa masyarakat yang memiliki sifat-sifat tertentu yang sama akan membentuk sikap yang sama dalam menghadapi rangsangan tertentu. Persamaan dalam orientasi serta sikap akan berpengaruh pula terhadap tanggapan mereka dalam menerima pesan komunikasi. masyarakat yang memiliki orientasi sama, lebih kurang akan memilih isi komunikasi yang sama dan akan menanggapi isi komunikasi tersebut dengan cara yang sama.
Analisis Teori :
Analisis teori kategori sosial beranggapan bahwa terdapat kategori sosial yang luas dalam masyarakat kota industri yang kurang lebih memiliki prilaku sama terhadap rangsangan-rangsangan tertentu. Kategori sosial tersebut di dasarkan pada usia, jenis kelamin, tingkat penghasilan, tingkat pendidikan, tempat tinggal (desa atau kota) ataupun agama. Misalnya dalam hubungan dengan komunikasi massa dapat di gambarkan bahwa majalah mode jarang di beli oleh pria, sedangkan majalah olahraga jarang dibaca oleh wanita. variabel-variabel seperti jenis kelamin, umur, pendidikan tampaknya turut menentukan slektivitas seseorang terhadap media yang ada. Contoh berikutnya misalnya majalah Bobo diperuntukan untuk anak-anak, majalah Bola (Soccer) diperuntukan bagi mereka yang senang olahraga. Begitu juga di media elektronik disajikan acara-acara tertentu yang memang diperuntukan bagi kalangan tertentu dengan memprogramkannya sesuai dengan waktu dan segmen khalayaknya.

2.    Teori Interaksi-Simbolis

Suatu premis fundamental dalam sosiologi adalah bahwa segala makhluk merupakan makhluk sosial, sedangkan dasar kehidupan bersama dari manusia adalah komunikasi, terutama lambang-lambang, sebagai kunci untuk memahami kehidupan sosial manusia.
George Herbert Mead mangatakan ”Manusia mempunyai kemampuan untuk berinteraksi dengan pihak-pihak lain, dengan perantaraan lambang-lambang tertentu yang dipunyai bersama”. Mead menyatakan bahwa lambang-lambang, terutama bahasa tidak hanya merupakan sarana untuk mengadakan komunikasi antar pribadi, tetapi juga untuk berpikir.
Manusia mungkin saja berbicara dengan dirinya sendiri dan menjawab pertanyaan-pertanyaannya sendiri. Dengan cara demikian seseorang menyesuaikan perilakunya dengan perilaku pihak lain.
Tokoh-tokoh teori Interaksi-Simbolis adalah Manford H. Kuhn, Herbert Blumer, Ralph H. Turner, Howard S. Becker, dan Norman K. Denzin.
Analisis Teori :
Segala makhluk hidup baik itu manusia, hewan, dan tumbuhan, adalah makhluk sosial. Yang membedakan adalah komunikasi. Manusia berkomunikasi dengan simbol-simbol tertentu, baik itu huruf, musik, gambar, ataupun bahasa.
Dalam interaksi manusia sering menggunakan bahasa verbal maupun non verbal. Dimana manusia di tuntut untuk bisa saling memahami dalam berinterkasi. Misalnya ketika seseorang mengatakan “Iya” biasanya selalu dibarengi dengan gerakan non verbal “menggerakan kepala keatas dan kebawah”.  Atau misalnya dalam kehidupan kita selalu tidak lepas dari lambang-lambang yang ada disekitar kita. Lambang-lambang biasanya menjelasakan identitas seseorang. Misalnya lambang Garuda Pancasila yang merupakan indentitas atau simbol dari Negara Indonesia. 


Teori Komunikasi berdasarkan Akar Antropologi :

1.    Culture Theory (Teori budaya)
Gatewood menjawab bahwa kebudayaan yang meliputi seluruh kemanusian itu sangat banyak, dan hal tersebut meliputi seluruh periode waktu dan tempat. Artinya kalau komunikasi itu merupakan bentuk, metode, teknik, proses sosial dari kehidupan manusia yang membudaya, maka komunikasi adalah sarana bagi transmisi kebudayan, oleh karena itu kebudayaan itu sendiri merupakan komunikasi. Berdasarkan pendapat Gatewood itu kita akan berhadapan dengan pernyataan klasik tentang hubungan antara komunikasi dengan kebudayaa, apakah komunikasi dalam kebudayaan atau kebudayaan ada dalam komunikasi? ada satu jawaban netral yang disampaikan oleh Smith (1976) bahwa; “komunikasi dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan”. Dalam tema atau bagian uraian tentang kebudayaan dan komunikasi, sekurangnya-kurangnya ada dua jawaban: pertama, dalam kebudayaan ada sistem dan dinamika yang mengatur tata cara pertukaran simbol-simbol komunikasi, dan kedua, hanya dengan komunikasi maka pertukaran simbol-simbol dapat dilakukan dan kebuadayaan hanya akan eksis jika ada komunikasi (Alo Leliweri, 2004, 21).

Analisis Teori

Pada teori budaya menjelaskan komunikasi dan budaya tidak dapat dipisahkan, karena dalam budaya terdapat simbol-simbol yang dan makna, dari simbol dan makna itu memiliki arti sehingga bisa dapat diartikan sebagai sebuah komunikasi.
Budaya itu tercipta kerana adanya satu persepsi atau tujuan yang telah disepakati oleh sekelompok orang. Dari budaya tersebut orang bisa memperlihatkan identitas dirinya dengan cara berpakaian, bahasa, atau kebiasaan-kebiasaan yang sering dilakukan.
Misalnya budaya orang jepang saat bertemu dengan orang lain mereka selalu membukuk atau memberi hormat, sedangkan budaya orang Indonesia ketika seorang anak hendak berpergian atau pulang sekolah selalu salam atau mencium tangan kedua orangtuanya atau orang yang dituakan.

2.     Cultural Imperialism Theory (Teori Imperialisme Budaya)

Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Herb Schiller pada tahun 1973. Tulisan pertama Schiller yang dijadikan dasar bagi munculnya teori ini adalah Communication and Cultural Domination. Teori imperialisme budaya menyatakan bahwa negara Barat mendominasi media di seluruh dunia ini. Ini berarti pula, media massa negara Barat juga mendominasi media massa di dunia ketiga. Alasannya, media Barat mempunyai efek yang kuat untuk mempengaruhi media dunia ketiga. Media Barat sangat mengesankan bagi media di dunia ketiga. Sehingga mereka ingin meniru budaya yang muncul lewat media tersebut.

Analisis Teori

Teori ini yang dijelaskan tentang masalah imperialisme budaya yang di sampaikan melalui media massa, dari Negara maju yang diadopsi oleh Negara-negara berkembang yang menyebabkan hilangnya budaya asli Negara tersebut. Satu hal yang mendasari teori ini adalah bahwa manusia tidak punya kebebasan untuk menentukan bagaimana mereka berpikir, apa yang mereka rasakan dan bagaimana mereka hidup. Umumnya mereka mereaksi terhadap apa saja yang mereka lihat di televise. Media bisa mengimperialisme budaya Negara maju ke Negara-negara berkembang karena sangat mengesankan sehingga mereka ingin menirunya.
Sebagai contoh; pada umumnya remaja masa kini di Indonesia telah mengadopsi budaya barat yakni kebiasaan memakan makanan siap saji, gaya hidup hidonis, dll.

Tidak ada komentar: